
Selama Puasa dan Idul Fitri Inflasi Terjaga dengan Baik
Langkah pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan melakukan kebijakan pengendalian harga seperti memotong rantai distribusi, menetapkan HET untuk gula, memperbanyak pasokan ke pasar melalui kebijakan importasi, juga rutin menggelar operasi pasar di berbagai daerah, terbukti cukup berhasil menahan kenaikan harga selama ramadan bahkan jelang Idul Fitri.
Ekonom sekaligus pengajar Perbanas Institute Piter Abdullah, menjelaskan, pada ramadan dan lebaran tahun ini memang sangat berbeda dengan biasanya seiring dengan kebijakan pembatasan sosial skala besar dan juga himbauan tidak mudik.
“Tekanan inflasi selama wabah ini memang tidak cukup besar, terutama bila dibandingkan dengan kondisi normal,” ucap Piter di Jakarta, Rabu (27/5/2020).
Menurut Piter, jika dibandingkan hari-hari biasa, memang seminggu sebelum Idul Fitri terdapat kenaikan permintaan terhadap berbagai kebutuhan sembako dibandingkan kondisi normal, namun jauh sekali lebih rendah.
Karena itu, dengan permintaan yang jauh lebih rendah, sementara pasokan atau supply bahan pokok atau sembako dijaga oleh pemerintah, maka inflasi lebih stabil. “Tidak ada lonjakan inflasi yang terlalu besar,” ucap Piter.
Ia menjelaskan, fenomena inflasi di Indonesia utamanya adalah fenomena supply termasuk diantaranya adalah permasalahan distribusi. Panjangnya rantai distribusi dan adanya pihak yang bermain, seringkali mengakibatkan kegagalan pasar, harga mengalami kenaikan yang tidak wajar. Menurut Piter, persoalan itu perlu terus diperbaiki dan wabah Covid-19 seharusnya bisa menjadi momentum.
“Sekarang sudah banyak gerakan yang mempertemukan supply dan demand. Bagaimana kita bisa belanja langsung ke petani secara online. Gerakan ini bisa menjadi bagian dari new normal yang akan mengurangi kegagalan pasar. Dengan demikian inflasi kita ke depan bisa lebih stabil,” ucap Piter.
Kebijakan pemerintah sinergi dengan kalangan industri, beras, dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, permintaan tidak mengalami lonjakan. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga lebih rendah.
“Semua faktor terkait supply dan demand barang-barang pangan terutama menjelang ramadan dan lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah,” tegasnya.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan, pemerintah terus menjaga pasokan, sekaligus menyetabilkan harga bahan pokok. Misal, untuk memenuhi stok bawang diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Melalui beleid izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah.
Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga. Melalui pemantauan pasar yang rutin dilaksanakan Kemendag, diharapkan harga bapok akan terus terkendali khususnya di daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Pada sidak Minggu (24/5/2020) ke Pasar Induk Senen, Jakarta Pusat, Agus memantau harga dan berbincang dengan sejumlah pedagang yang bersyukur harga gula tidak melonjak dan sesuai dengan HET yakni Rp12.500 per kilogram. Seperti diakui Maryati, pedagang sula di Pasar Senen.
“Gula sekarang 12 setengah pak (Rp 12.500 per kilogram,” ungkap Maryati, ketika ditanya Mendag soal harga gula. Meski ada penurunan pembelian, ia bersyukur dari sisi pasokan juga tidak ada kendala.
Mendengar keluhan pedagang, Agus Suparmanto menenangkan mereka. Dia berharap agar virus corona yang kini mewabah di Nusantara dapat segera berakhir. Sehingga ekonomi kembali pulih, termasuk meningkatnya kembali daya beli masyarakat