Home INdonesiana NU Women dan Keadilan Gender
INdonesiana - October 16, 2022

NU Women dan Keadilan Gender

Dibawah Kepemimpinan KH. Yahya Cholil Tsaquf dan KH. Miftahul Akhyar serta jajaran Pengurus PBNU lainnya, PBNU sungguh betul betul menjadi organisasi yang dinamis dan menginspirasi.

Termasuk dalam agenda satu abad NU yang diantara kegiatannya adalah NU WOMEN. Ning Yeny Wahid selaku Ketua Organizing Committee di acara NU Women menyampaikan ada tiga fokus isu besar yang menjadi program penguatan perlindungan perempuan dan anak.

Pertama ; Edukasi untuk mencegah tindak kekerasan termasuk juga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan di dunia pendidikan. Kedua ; menyangkut perubahan iklim yang saat ini juga telah menjadi fenomena global. Indonesia sendiri menargetkan net zero emission pada 2060. “Di NU Women, akan ada penggerak-penggerak hijau dari kalangan perempuan yang akan mengatasi masalah perubahan iklim,”

Fokus ketiga, pemberdayaan perempuan NU secara ekonomi, sosial, dan politik yang berkeadilan. NU Women bersama para mitra nantinya akan memberikan pelatihan literasi keuangan pada 1 juta perempuan selama beberapa tahun ke depan.

Salah satu isu khusus yang akan didorong adalah program beras satu harga seperti yang saat ini berlaku untuk minyak goreng. “Dari barat sampai timur, utara dan selatan, di Indonesia berasnya bisa satu harga. Jadi tidak ada kesenjangan antara daerah-daerah yang maju dengan yang tidak maju, semua harganya sama untuk kualitas tertentu yang biasa dikonsumsi masyarakat. Ini untuk membawa keadilan bagi seluruh masyarakat,”.

Gagasan besar NU tentang NU Women ini tentu masih menghadapi tantangan cultur masyarakat yang sebagian belum menempatkan posisi perempuan pada tempat yang benar.

Dikalangan masyarakat masih ada tradisi perempuan hanya sebatas Masak, Manak, dan Macak (3M), sehingga banyak perempuan yang tidak berpendidikan .

Dari itu, kami akan
mengurai tentang kesetaraan dan keadilan gender, dengan pertanyaan ; Benarkah laki laki dan perempuan setara ?,

Pertanyaan intinya ada tiga ; 1. Lebih manuasia mana antara laki laki dan perempuan ? 2. Lebih mulia mana di hadapan Allah antara laki laki dan perempuan ? 3. Lebih utama mana antara laki laki dan perempuan dalam peran peran sosial ?

Jawaban soal pertama, sepakat bahwa laki laki dan perempuan sama, mereka di cipta Allah SWT dari yang satu

dalam Surat An-Nisa Ayat 1 Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu

Jadi dari sudut pandang al insaniyyah”, kemanusiaan laki laki dan perempuan adalah “setara”. Laki laki tidak lebih manusia dari perempuan, dan sebaliknya.

Jawaban kedua, juga sepakat, di hadapan Allah laki laki dan perempuan memiliki akses yg setara. Namun “taqwa” bisa memposisikan perempuan lebih mulya di hadapan Allah, dan begitu sebaliknya. Inilah yg disebut “al-Akramiyyah”, sejalan dengan Q.S Al Hujurat “inna akramakum indallahi atqaakum”.

Jawaban ketiga, baru disinilah terjadi keragaman, dalam konteks tertentu, misalnya konteks kepengasuhan anak (hadhanah), ibu lebih utama, demikian pula dalam hal kebaktian anak kepada ibu.

Namun dalam konteks mencari nafkah, menjadi wali, maka ayah lebih utama. Inilah yang disebut “al Afdhaliyyah”, sebagaimana ayat :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Jadi dalam al Insaniyah dan al Akramiyyah, laki laki perempuan adalah “setara”, Namun dalam al Afdhaliyyah, laki laki perempuan berbeda sesuai dengan peran peran sosialnya. Di sinilah pentingnya “Keadilan”.

Al insyaniyah dan Akramiyyah adalah Pemberian Tuhan, sedang al Afdhaliyyah dibentuk oleh sosial budaya, ekonomi dan politik. Sebab itu ke Afdhaliyah-an bisa yg berubah ubah sesuai dengan perubahan sosial budaya, ekonomi dan politik.

Allah SWT berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُون بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Jadi, dalam konteks sosial perempuan dapat menjadi pemimpin kaum laki laki. Dari itu NU harus terus mendorong peran peran perempuan dalam membawa kemaslahatan hidup bangsa dan negara.

HM. Misbahus Salam
Pengasuh Pesantren Raudlah Darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember