Home INdonesiana NU dan Penjaringan Pilpres 2024
INdonesiana - June 6, 2021

NU dan Penjaringan Pilpres 2024

Berdasarkan hasil survei berbagai lembaga, seperti SMRC (Saeful Mujani), Indikator Politik (Burhanuddin Muhtadi), Alvara ( Hasanudin Ali) populasi warga NU mencapai 45% – 50% lebih dari total umat Islam di Indonesia. “Tentu ini kabar yang menggembirakan, jika kita punya mimpi dan harapan besar terhadap eksistensi serta kader NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan,” ujar Mukhlas Sarkum Anggota Tim Sembilan Konvensi Capres NU 2024 kepada pers, kemarin.

Dari potensi populasi tersebut, ditengarai belum bisa memberikan peran optimal karena berbagai kran politik yang sejatinya bisa iadi outlet aspirasi warga NU dianggap masih banyak sumbatan. Atas dasar itulah, kemudian berbagai ikhtiar dilakukan agar kran politik warga NU yang selama ini telah dibuka lebar oleh Reformasi bisa dipergunakan secara optimal dan demokratis.

Dari berbagai forum diskusi informal, kemudian muncul gagasan untuk mewujudkan mimpi tersebut dengan cara-cara yang demokratis dan objektif. Salah satu tahapan yang disepakati adalah melakukan penjaringan sejumlah nama tokoh NU yang dianggap patut dimunculkan. Meski pemunculan nama-nama tersebut masih bersifat terbuka terhadap berbagai masukan dan usulan.

Diantara nama-nama yang dimunculkan saat ini, antara lain Ketua Umum PBNU ( Said Agil Siraj), Ketua Umum PP Muslimat (Khofifah Indar Parawangsa), Menkopolhukam (Mahfud MD), mantan Waketum PBNU (KH As’ad Said Ali), Ketum PP GP Ansor (Yaqut Kholil Qoumas), Putri Gus Dur (Yeni Wahid), Ketum PP ISNU (Ali Masykur Musa), Imam Besar Masjid Istiqlal (Nasaruddin Umar), Khatib Aam PBNU (Yahya Staquf), Ketum PKB ((Muhaimin Iskandar), mantan Ketum Fatayat (Ida Fauziyah), mantan Satkornas Banser (Andi Jamaro Dulung), anggota Hakim MK (Wahiduddin Adams), Ketum IKA PMII (Akhmad Muqowam), Tim MKNU (Endin AJ Sofihara), Aktivis NU berlatar militer (Johansyah).

Kendati demikian, tidak hanya nama-nama tersebut bisa menampung semua aspirasi publik. “Oleh karena itu dalam formulir pilihan dalam polling online ini juga dicantumkan kolom terbuka untuk memasukkan nama-nama baru yang dianggap layak ikut penjaringan. Kenapa begitu? Karena kita ingin menghasilkan pilihan itu yang benar-benar aspiratif dan berdasarkan pilihan mayoritas warga, bukan keputusan sepihak elit politik semata,” tambah Mukhlas Sarkum.

Mengenai pro-kontra terhadap Tim Sembilan, menurut Mukhlas Sarkum, hal itu sangat wajar dan perbedaan kepentingan semata. Namun, dari sekian yang kontra, “Ternyata lebih banyak yang memberikan dukungan, baik secara terbuka maupun tertutup. Dan bagi kami, niat baik dan cita-cita yang besar itu akan selalu menunai pro-kontra. Tidak ada perjuangan yang tanpa rintangan,” tegas Mukhlas Sarkum.

Lebih jauh dijelaskan bahwa tahap penjaringan ini akan dilakukan secara online dengan harapan bisa diikuti semua kalangan, khususnya warga Nahdliyyin. Kendati demikian, keterlibatan warga non NU pun tidak bisa ditolak karena proses penjaringan ini juga untuk kepentingan bersama, lintas etnis, lintas agama dan lintas daerah. “Tahap penjaringan awal dilalukan selama sebulan, dan akan dievaluasi secara berkala,” pungkas Mukhlas Sarkum.

Menurut Mukhlas Sarkum suara warga nahdliyyin sangat signifikan kalo kita mau membuka polling tokoh-tokoh NU yang sangat berpengalaman di kancah nasional maupun internasional, kita ambil contoh satu saja calon peserta konvensi capres NU Putri Gus Dur Yenny Wahid yang sangat berpengalaman di kancah nasional maupun internasional.

Warga Nahdliyyin juga punya mimpi dan sangat wajar karena itu hak politik WNI untuk mencalonkan Capres dari NU. Karena kita ingin menghasilkan pilihan itu benar-benar aspiratif dan berdasarkan pilihan mayoritas warga, bukan keputusan sepihak elit politik semata. Yok sukseskan Konvensi Capres NU dan klik http://etc.ch/GWDS pilih sesuai dari hati nuranimu demi suksesnya Konvensi Capres NU 2024. *)