Home INdonesiani Marwan Jafar : “Era Normal Baru”, Momentum Menjanjikan
INdonesiani - June 7, 2020

Marwan Jafar : “Era Normal Baru”, Momentum Menjanjikan

Untuk menjadi bangsa yang maju, tercerahkan, unggul, tahan banting, kompetitif dan mampu bersaing di level global, memang bermuara dari sebuah orde atau zaman yang ditempa dengan berbagai musibah, bencana, wabah atau pandemi, baik alam maupun non alam, termasuk krisis, baik ekonomi, sosial, hankam dan bahkan krisis politik atau distrust antara masyarakat dengan kelompok, masyarakat dengan lembaga pemerintahan dan masyarakat dengan pemerintah dan bahkan terjadinya gerakan revolusi sosial dan politik.

“Dari situlah akan muncul apa yang disebut sebagai transisi menuju tatanan sosial baru atau New Social Order dalam kerangka menjadikan bangsa lebih maju, modern, kompetitif, dan beradab”, demikian kata Marwan Jafar di Jakarta, (07/06/2020).

Menurut legislator PKB ini, adanya pandemi covid-19 yang menimpa bangsa-bangsa di dunia, termssuk bangsa kita, menjadi momentum berharga untuk menata ulang dan melakukan perubahan seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara secara mendasar, elementer, fundamental, strategis dan visioner dalam berbagai bidang berikut ini:

1). Bidang Sosial.
Pandemi covid-19, terbukti memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya memupuk dan menguatkan nilai-nilai sosial di tengah masyarakat, baik aspek solidaritas sosial, kegotong-royongan dan empati antar sesama warga bangsa. Ini adalah momentum menjanjikan yang terus kita pupuk bersama.

2). Reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi pemerintah yang seolah-olah menjadi “mantra” selama berpuluh-puluh tahun dituntut lebih proaktif, responsif, melayani dan bukan dilayani, efektif, tidak bertele-tele, tidak berantai-rantai, efisien dan tidak saling tumpang-tindih, tidak menjadi hegemoni tersendiri sekaligus tidak menjadi “kekuatan politik” tersendiri.

“Oleh karena itu, kita harus berani melakukan perubahan secara radikal, elementer, fundamental, mengevaluasi dan menata ulang total birokrasi kita menuju birokrasi yang responsif-solutif, akomodatif, visioner, dan bukan membebani serta menjadi “benalu” bagi negara”, tandas mantan Menteri Desa, PDTT ini. Keberanian menata ulang secara total birokrasi kita pada masa “era tatanan baru” tentu menjadi momentum menjanjikan menuju tatanan sosial yang lebih beradab dan berbudaya, serta terwujudnya birokrasi yang produktif dan responsif.

3). Bidang Kesehatan.
Bidang kesehatan menjadi leading sector di masa pandemi covid-19. Pandemi ini harus menjadi momentum berharga bagi pemerintah dan stakeholder terkait untuk melakukan langkah-langkah antisipatif terkait hal-hal berikut :

a). Pembenahan sarana dan prasarana atau infrastruktur kesehatan, rumah sakit-rumah sakit rujukan yang memadai yang memiliki standard pelayanan internasional/WHO yang nyaman dan menyenangkan, fasilitas penunjang yang bersih dan aman, peralatan medis dan laboratorium yang berbasis high tecnology, para dokter spesialis, khususnya epidemiologi, paru dan spesialis pandemi covid-19 yang handal, profesional dan ramah.

Berbagai sarana dan peralatan medis, khususnya APD, laboratorium yang memadai dan moderen juga penting untuk menunjang pelayanan prima bagi para pasien dengan standard internasional/WHO sehingga tidak kedodoran, tidak kaget manakala terkait pandemi serupa dan tidak menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Masing-masing pasien sesuai penyakit yang diderita pun harus diberikan ruang klaster sendiri-sendiri, baik covid-19, diabetes, jantung, stroke, dan sebagainya.

“Ini barang-kali menyangkut aspek kesejahteraan dan insentif bagi para dokter, perawat dan tenaga medis yang perlu diperhatikan agar mereka dapat meningkatkan pelayanan prima bagi pasien”, tandanya.

b). Investasi bidang kesehatan.
Menghadapi “era normal baru” hendaknya menjadi perhatian serius investasi sektor kesehatan, termasuk juga bagaimana menata ulang BUMN bidang farmasi untuk tidak bergantung pada bahan baku maupun barang jadi yang diimpor secara ugal-ugalan.

“Masak kita selalu import? Semestinya kita memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang luar biasa sebagai bahan baku obat-obatan, alkes, APD dan lainnya yang perlu dikembangkan. Gunakan potensi dalam negeri sendiri. Anugerah Tuhan YME yang begitu besar harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bidang kesehatan kita”, imbuh Anggota Komisi VI FPKB DPR RI ini.

c). Perlu mempersiapkan stock obat-obatan, vitamin, APD dan alat kesehatan lainnya secara baik agar dapat memberikan kepastian ketercukupan bagi kebutuhan masyarakat jika sewaktu-waktu dibutuhkan, dan tentu tidak yang kedaluarsa.

d). Perlu mempersiapkan pengembangan fakultas-fakultas kedokteran dan kesehatan yang kredible dan dipercaya oleh masyarakat dan mampu bersaing di dunia internasional. Karenanya, perlu peningkatan capacity building terhadap mereka baik dalam konteks penelitian, inovasi dan penemuan obat-obatan, alkes maupun APD yang dibutuhkan masyarakat. Fakultas-fakultas Kedokteran atau kampus pada umumnya harus “diwajibkan” ada inovasi-inovasi yang dibutuhkan masyarakat luas.

e). Momentum bagi rumah sakit-rumah sakit untuk menyiapkan para dokter berbagai spesialis dan para medis untuk mendukung peningkatan pelayanan cepat, tepat dan akurat, dengan dibantu BPJS gratis, khusus diberikan pada masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi manakala kondisi ekonomi nasional kembali membaik. Negara harus berpihak serius pada masyarakat kita yang belum beruntung secara ekonomi tersebut. Pandemi covid-19 ini menemukan momentumnya, dan APBN kita harus ramah pada kaum mustadh’afin. Termasuk juga memperhatikan secara serius menjaga anak-anak, kaum difabel, dan masyarakat rentan lainnya.

f). Selain itu, rumah sakit juga perlu dilengkapi berbagai buku bacaan, referensi atau literatur dan jurnal bidang kesehatan yang memadai sehingga ke depan menjadi tepat rujukan studi ilmiah maupun studi banding bagi pihak-pihak lain, seperti terjadi pada era keemasan Ibnu Shina, dan tokoh-tokoh besar lainnya.

4). Pengembangan bidang SDM Pendidikan.
Pandemi ini juga harus menjadi momentum berharga bidang pengembangan SDM bidang pendidikan. Karenanya, perlu dilakukan secara lebih nyata, bukan semata-mata agar SDM pendidikan mulai tingkat Dasar sampai Perguruan Tinggi menerapkan sistem pendidikan yang adaptif, responsif-solutif terhadap kebutuhan masyarakat, tidak gonta-ganti kurikulum, dan mampu bersaing di dunia internasional di tengah global community.

“Sebagai warga bangsa, saya juga sedih dan prihatin meratapi keadaan ini, dimana berapa ribu orang yang selama ini mendapatkan beasiswa dari uang negara dari berbagai kedinasan Kementerian/Lembaga, seperti LPDP, misalnya, belum terlihat banyak kontribusinya, dimanakah mereka selama ini berada ketika negara sedang memanggil? Ketika negara sedang membutuhkan. Kemristek dan berikut badan-badan, seperti BPPT, LIPI, BATAN, LAPAN, dan badan-badan sejenis lainnya, harus ditata ulang secara total pula keberadaan mereka agar tidak terjebak pada ritual rutinitas birokratik dan administratif. Harus dialih-fungsikan untuk melakukan berbagai fungsi atau job bidang penelitian, penemuan dan inovasi berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan. Hasil temuan harus dipatenkan sebagai HAKI. Diaspora Indonesia di seluruh dunia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi moderen dan mempunyai keahlian khusus, termasuk keahlian khusus dibidang kesehatan dan dulu sekolahnya dibiayai negara secepat mungkin sebaiknya dipanggil pulang. Bumi pertiwi membutuhkan panduan sains dan teknologi moderen, bukan retorika dan kata-kata. Rakyat butuh kerja nyata, komitmen dan harapan konkret.Tentunya harus disertai pemberian intensif atau honorarium yang memadai dan diupayakan sesuai standar internasional “, katanya.

5). Perlunya penyusunan Buku Paduan Baku Kebencanaan, baik bencana alam maupun non alam, berikut disertai dengan sejarah, cara penanganan masing-masing bencana, road-map, SOP,, dan hal- hal yang melingkupinya, serta termuat gagasan-gagasan besar untuk dapat digunaksn referensi generasi mendatang. Sebagaimana beberapa kali saya sampaikan, momentum “ era normal baru” harus dimanfaatkan untuk mencatat seluruh peristiwa kebencanaan di tanah air. Sebagai contoh adalah mencatat seluruh peristiwa pandemi covid-19 ini secara mendetal, mendalam dan komprehensif. Mulai dari bencana banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi dan tsunami, wabah malaria, TBC, pes, flu burung, SARS, MERS, hingga pandemi covid-19, dan mungkin ada bencana lainnya yang bersifat non alam lainnya, seperti misalnya: penyebaran kimia, perang bioteknonogi dan nuklir. Dan, mungkin juga ada bencana lainnya di sama yang datang, dimana kita semua sebagai manusia tidak tau apa yang terjadi di kemudian hari. Hanya Allah, Tuhan YME yg tau. Oleh karena itu, “era tatanan baru” ini menjadi momentum menjajikan yang berharga untuk kita selalu mengantisipasi dan siap siaga.

Marwan mengakui, sudah ada buku panduan yang disusun oleh berbagai pihak terkait kebencanaan, terutama termasuk respon dan reaksi khusus covid-19, mulai dari pengertian-pengertian/definisi-definisi dasar, manajemen sederhana, pencegahan maupun penanganan. Namun demikian, dinilai masih bersifat parsial, teknis dan reaksioner, belum mencakup secara komprehensif berdasarkan kajian dan analisis yang mendalam dari berbagai perspektif, baik manajemen pencegahan dan penanganan, SDM, infrastruktur, daya dukung, SOP, dan lainnya.

“Mendesak untuk dilakukan penyusunan Buku Panduan Baku atau Blueprint Kebencanaan secara nasional dan komprehensif sehingga menjadi rujukan bagi pihak-pihak dalam maupun luar negeri”, tandanya.

6). Bidang Pangan.
Perlunya mengubah “ritual mantra-mantra” bidang pangan yang selama ini digunakan dari berbagai era, menuju rekonstruksi tata kelola pangan, mulai penyediaan infrastruktur dan SDM terkait sebagai langkah antisipasi bila terjadi bencana serupa sehingga tidak terjadi krisis dan berujung pada kartelisasi pangan nasional. Ritual “mantra-mantra” kemandirian dan kedaulatan pangan harus kita paksaan untuk mewujudkannya. “Era tatanan baru” menemukan momentumnya. Inilah saatnya juga dibentuk Badan Pangan Nasional tersendiri sebagaimana amanat UU Pangan.

Saatnya memanfaatkan potensi sumber daya alam dan kekayaan pangan dalam negeri yang terhampar luas di pedesaan, di seluruh tanah air. Saatnya mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan aneka ragam potensi nabati dan hayati dengan sentuhan modernisasi agar memiliki daya ekspor, bukan impor terus-menerus. Kita lesatkan ekspor secara deras, bukan impor yang deras.

“Pemerintah telah melakukan berbagai langkah kebijakan dan bantuan insentif kepada para petani dan nelayan. Kemudian selanjutnya saya berharap peternak, perkebun, dan UMKM di bidang pangan juga mendapatkan bantuan insentif serupa. Kita terus dorong Kementerian/Lembaga terkait termasuk BUMN bidang pangan untuk menata ulang tata kelola pangan secara total dan komprehensif sesuai kebutuhan masyarakat, termssuk di “era normal baru” ini, baik aspek manajemen kelembagaan, industri dan investasi sehingga tercapai kedaulatan pangan nasional, bukan sekedar holdingisasi dan memperbaiki ekosistem perusahahaan” imbuhnya.

7). Sumber Daya Energi.
Perlu penguatan sumber daya energi yang ada, baik aspek energi alam, energi terbarukan maupun infrastruktur bidang energi untuk dikelola dengan baik sehingga negara kita tidak terlalu bergantung pada sumber energi dari pihak lain.

“Banyak ahli bidang energi dalam negeri yang bisa terus kita optimalkan, tidak terbatas pada alih teknologi namun juga kreatifitas, temuan dan inovasi”, katanya. Ini juga momentum untuk menata ulang secara radikal tata kelola energi nasional, dan tidak impor secara besar-besaran di bidang migas. Potensi energi yang terkandung di dalam perut bumi negara kita sangat melimpah, tinggal kita merawat dan menjaganya, dan harus mampu mengelola sendiri. Para ahli geologi, ahli pertambangan, ahli minyak dan gas harus kita “paksa” untuk bekerja maksimal dengan upah dan fasilitas yang memadahi dan berstandar internasional. Kita “gugat” profesionalisme mereka. Dan, inilah momentumnya untuk mengantisipasi kelangkaan energi, dan sekaligus momentum untuk mewujudkan kemandirian energi. Bukan slogan, tapi kenyataan, faktual.

8). Bidang ketenagakerjaan.
Momentum “era normal baru” juga mementum untuk menata ulang bidang ketenagakerjaan akibat banyaknya tenaga kerja mupun buruh yang terkena PHK. Ini membutuhkan pemikiran serius dan Out of The Box untuk menemukan solusi terhadap masalah mereka. Kita harus bahu-membahu mencari solusi yang cepat dan tepat. Butuh kecepatan dan kerja keras.

9). Transformasi Ekonomi.
Momentum untuk melakukan strategi transformasi ekonomi, baik terkait sistem atau paradigma maupun mazhab ekonomi supaya sesuai dan kontekstual dengan kondisi negara dan masyarakat kita yang plural dalam segala aspek, baik budaya, suku dan etnis, ditambah bonus demografi agar supaya tidak salah arah slama menata ekonomi nasional ke depan. Sudah saatnya mengurangi hutang, syukur-syukur kita menghentikan hutang. Saatnya juga mengencangkan ikat pinggang. Saatnya memaksimalkan sumber daya kita sendiri. Kita harus bisa menjaga defisit transaksi berjalan, defisit transaksi perdagangan, potensi terjadinya NPL atau kredit macet yang tinggi dan sebagainya.

10). Big Data Negara.
Perlunya negara memiliki Big Data dalam satu pintu sehingga dapat menentukan langkah dan sasaran kebijakan secara tepat, cepat dan cermat. Data yang dimiliki oleh Kementerian/Lembaga harus sinkron, terintegrasi dan ter-update secara terus menerus. Inilah kita menemukan momentum untuk memiliki data satu pintu. Dan, masalah itu sudah sering saya sampaikan, baik lewat sarana online maupun melalui media massa. Sekali lagi, data satu pintu.

11). Bidang yang tak kalah penting adalah pariwisata, perhotelan, restoran, bisnis entertainment dan transportasi. Hal-hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena terdampak covid-19 yang cukup memprihatinkan. Karenanya diperlukan strategi jitu guna mendongkrak geliat bidang tersebut, dan diperlukan orkestrasi dan komitmen yg kuat dan serius. Ini bukan barang gampang. Inilah momentum perbaikan dengan terobosan-terobosan dan gagasan-gagasan yang brilian.

“Dibutuhkan gagasan kreatif dan promosi khusus untuk melakukan recovery sektor pariwisata, perhotelan, restoran, transportasi dan bisnis entertainment sehingga di “era normal baru” dapat bangkit kembali”, pungkasnya.