
Lastri Ngaca di Hambalang
CERDAS: Cerita Pedas
Lastri : Nglarasing Ati
By Sutrisno Buyil
Lastri Ngaca di Hambalang
Lima bulan juragane Lastri dekem dirumah, alias mengerjakan kantornya dari rumah, sehingga membuat Lastri asisten rumah tangganya senewen.
“Juragan kok, betah bener nang ubah bae, mbok sekali-kali Plesiran,” ujar babuku membuka dialog pagi.
“Haesy, ko, maca tv dengerin koran ora. Pan saiki jamannya Corona, sapa yang berani melawan? Bisa-bisa Inyong awalarhum,” jawabku sekenanya.
“Juragan Akung lah aneh, kalo ngendika dibolak-bolak. Nek maca ya koran, kalao nongton tipi. Ngemeng-ngemeng, menurut panjenengan juragan, itu kok tiba-tiba 2 pangeran Cikeas mengkritisi pemerintah yak. Pakai ngebanding-bandingin era bapake” kata Lastri mulai kritis.
“Ibarat pembalap, pengennya nyalip ditikungan, tapi ternyata salah jalur. La, dimana-mana kecap nomer atu. Kalau nomer 16 obat sakit kepala. Bapake dewek yang dipuja, manusiawi. Tapi Ojo Podho Nyacat wong liyo, Ngilo githo’e Dewe. Jangan senang Mencela Orang lain, berkacalah pada tengkuk sendiri….Tak ada gading yang tak retak” ujar ngademi babuku.
“Mestine kalo mau membandingkan, saat sama-sama kondisi normal. La, ini membandingkan ketika pemerintah an Pak Jokowi lagi diserang wabah Corona, dan pandemi Covid 19 dialami warga dunia. Yang terpuruk ekonominya bukan hanya Indonesia tapi seluruh dunia. Ngaca, kalo kurang gede, kaca lemari,” kata baturku mulai sewot.
“Pan banyak congtoh, keluarga besar Cendana, ya, ngemeng enakan jaman bapaku toh. Tapi yang merasakan enaknya yang sebenarnya ya rakyat yang jujur. Rakyat yang tidak silau dengan pemberian. Memuji karena ada udang dibalik rempeyek,” kataku bikin babuku nggliyer…
“Maksude apa juragan Akung, muter-muter kayak gangsingm ora cero tenant,” kata Lastri mumet…
“Rakyat yang benar-benar tanpa pamrih dalam mengakui keberhasilan pemimpin tanpa pamrih, tanpa embel-embel nasi bungkus,” jawabku semangkin membuat babuku cari obat sakit kepala
“Ketika Pak Jokowi dan Ahok neken pembangunan MRT, Bundaran HI Lebak Bulus. Pan banyak yang ngemeng itu blue print udah ada jaman pemerintahan nganu tapi kok kenang apa tidak bisa diwujudkan. Itu artinya ada yang salah, salahnya dimana ya, tanya pada rumput yang bergoyang,” kataku makin duwur
“Maksude?” Desak Lastri kayak lagu bang Haji Rhoma, Penasaran.
“Orang boleh ngemeng ini itu, yang penting eksekusi dan hasile. Dulu banyak yang meragukan keseriusan Jokowi mbangun MRT dan LRT, tapi setelah jadi, apa ada pengakuan dari mereka yang Nyinyir? Ora kan.?
Dulu di Papua apa ada jalan tol, stadion bola sekaliber dunia, apa di Makassar dan Sulawesi ada kereta dan jalan tol, ngimpi. Apa Presiden sebelumnya ada yang berani ngggagas jalan tol dan Asian Games, Piala Dunia u 20? Kabeh Ngimpi. Yang ada istana Hambalang yang mangkrak,” kataku mrepet kayak kenalpot bobokan
“Makane jare politisi Golkar, Ace, omongane kaya politisi ora duwe wawasan.” Timpal Lastri.
“Itu akibat politisi karbitan, mestine disuruh belajar dari bawah. Aja ujug-ujug jadi pengurus teras, dadi kalau mengkritisi ora asal mangap,” kataku mangkin senewen.
“Sadar ora, jaman bapake mimpin politisi, pengurus partainya korupsi berjamaah. Bahkan mbangun monumen mangkrak, Hambalang,”
Kata Lastri esmosi.
“Itulah pentingnya Kaderisasi secara benar, pakai proses. jadi mempelajari Medan dulu, baru ngegas,” kataku sambil ninggalin babuku yang sibuk Nggosok.
Pondok Ranggon, 28 Agustus 2020
Sekilas tentang penulis, Sutrisno Buyil
Sutrisno Buyil
Adalah wartawan senior dibidang hiburan, ia mengawal karir sebagai kontributor diberbagai media besar di masanya, Berita Buana, Berita Yudha, Suara Karya, kemudian nyantol di Majalah Serasi, Majalah Film dan Koran Wawasan Semarang.
Sebagai wartawan Buyil, begitu ia biasa disapa pernah menyabet beberapa penghargaan dibidang penulisan berita di Kontes Dangdut TPI (KDI), Lomba Tulis nerits Kementerian Pariwisata soal destinasi wisata di Magelang Jawa Tengah dan Juara 2 Foto Kementrian Wisata soal Destinasi Wisata di Garut dll.
Kini Sutrisno Buyil, Ketua Umum Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia dari tahun 2014-2020.