Home INdonesiana Gibran Rakabuming Cawalkot Solo, Apa Layak?
INdonesiana - July 20, 2020

Gibran Rakabuming Cawalkot Solo, Apa Layak?

Gibran ditetapkan sebagai calon walikota Solo oleh PDIP Perjuangan. Dalam meraih restu PDIP, anak Presiden Jokowi itu melakukan lobby – lobby politik karena DPC Solo telah menetapkan calonnya. Menyadari tembok di depannya, Gibran berusaha melompatinya dan berhasil mendapatkan kepercayaan partai.

Saya apresiasi kegigihan Gibran, masih muda dan tahu apa diinginkan dan cara mewujudkannya. Tak banyak anak muda zaman sekarang berpikir “visioner”, lebih banyak pragmatis dalam menjalani kehidupannya.

Sosok Gibran sendiri mempunyai catatan sebagai seorang pengusaha muda bidang kuliner, meski sang ayah seorang penguasa di kota Solo. Kalau dulu Gibran menempuh jalan “instan” pasti pilih sebagai kontraktor, akan lebih mudah mendapat proyek dari APBD Kota Solo. Banyak anak Kepala Daerah menempuh jenis usaha itu. Ingatkah kasus anak bupati Majalengka yang menembak kontraktor Pemda Majalengka?

Kita belum lupa, di era Orde Baru anak – anak Soeharto membangun kerajaan bisnis lewat proyek – proyek dari sang ayah. Kekayaan mereka hingga kini tak ada habisnya, maklum Soeharto berkuasa 30 tahun.

Apakah anak – anak SBY juga bersih dalam artian tak mengambil jatah proyek dari pemerintahan ayahnya ? Kita ingat ocehan Nazarudin, Bendum Demokrat yang sempat menjadi buronan karena korupsi ?

Aksi Nazarudin ini menyeret petinggi Partai Demokrat, bahkan Ketua Partainya Anas Urbaningrum pun masuk bui. Belum lagi Mallarangeng bersaudara, Andi Mallarangeng mantan Menpora. Dari kesaksian – kesaksian pesakitan kasus korupsi PD ada nama yang samar – samar terdengar di ruang sidang, yakni IBAS. Nama IBAS bak “godfather” dan “untouchable” sampai hari ini meski “layer” dibawahnya sudah menikmati dinginnya tembok hotel prodeo.

Kembali ke Gibran, ia memilih usaha kuliner seperti menembus hutan belantara, tak kepastian pendapatan dan perlu kegigihan ekstra. Sebagai anak muda lulusan luar negeri dan anak seorang Kepala Daerah tingkat II dan mantan pengusahan kayu, Gibran tak sulit untuk mendapatkan kekayaan tanpa harus berpeluh. Faktanya tak demikian, ia memilih jalan yang beda, tak umum layaknya anak pejabat.

Saya rasa ini poin penting dari sosok Gibran sebagai calon pemimpin Kota Solo. Kota ini butuh pemimpin berkarakter, gigih dan mampu membawa kota ini meloncat lebih tinggi tanpa meninggalkan jati dirinya. Bila saat ini banyak orang bersikap sinis terhadap keberhasilan Gibran meraih restu PDIP, saya bertanya apakah ada politisi yang tidak melakukan lobbying politik? Salah satu karakter politisi harus mahir lobby dan diplomasi seperti para para pendiri bangsa ini, Ir. Soekarno dan teman – teman seperjuangannya melobby dunia internasional agar negara yang baru merdeka itu diakui dunia internasional.