
Gaza dan Kemanusiaan
Sebagai seorang Muslim yang dilahirkan di negara yang bernama Indonesia yang merupakan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di planet bumi ini, tentu sejak lama mengikuti perkembangan tentang Palestina.
Munashoroh, tabarru’at dan kegiatan lainnya sejak menjadi santri setidaknya adalah kegiatan yang dilakukan untuk memupuk kepedulian kepada sesama Muslim.
Sering bertemu, ngobrol dengan para petinggi HAMAS setidaknya dengan Abu Walid ( Kholid Misy’al), kemudian sering bertemu baik di Indonesia atau di negara tetangga Malaysia dengan gurunya Ismail Haniyyah sekaligus pengganti alm Syekh Ahmad Yasin, kemudian juga bertemu ngobrol dengan pemimpin JIHAD ISLAMI diantaranya Dr.Kholid Batsy.
Dari intetaksi saya dengan para pejuang kemerdekaan Palestina tersebut, saya berkesimpulan bahwa Gaza walaupun ditinggal sendirian oleh negara-negara Arab lainnya, perjuangan dari Gaza tidak akan pernah padam.
Namun setiap peperangan yang terjadi antara Israel dengan pejuang di Gaza, yang dikhawatirkan oleh setiap manusia yang masih mempunyai hati nurani adalah jatuhnya korban sipil anak-anak maupun wanita dan orang tua.
Saya tentu saja tidak mau ikut-ikutan untuk berdebat apakah boleh seorang Muslim menyebut negara yang berperang dengan Gaza dengan Israel atau bukan, diskursus tentang penamaan ini sudah terlalu sering saya dengar.
Lagipula tidak tepat berdebat mengenai istilah atau sebutan disaat suasana seperti ini.
Pasti ada kesalahan dan dosa yang banyak dan sering dilakukan oleh kaum Muslimin sendiri, baik yang nyata maupun tersembunyi.
Membantu saudara kita di Gaza dengan doa, dan bantuan lainnya hal yang musti dilakukan dan terus dilakukan, tentu saja semoga negara-negara terdekat ( dan sesama Arab) mudah-mudahan melakukan action yang nyata untuk saudara kita disana.
Oleh: Mustaqim Hajati (Direktur Moslem Autocriticism Community)