
Festival atau Pesta Danau Toba? Sepi Hingga Dievaluasi
Gubernur Sumatera Utara dalam sebuah wawancaranya (Kompas.com – 13/01/2020) mengatakan, “Kalian saja tak mau datang apalagi orang lain.” Komentar Gubernur Edy Rahmayadi ini terkait dengan isu penutupan Festival Danau Toba (FDT) pada tahun 2020.
Edy menyoroti target 1 juta wisatawan dari pemerintah pusat yang belum tercapai dan memberi arahan untuk mengevaluasi pelaksanaan Festival Danau Toba (FDT) terutama pada tahun 2020 di Sumatera Utara.
Bupati Toba Samosir Darwin Siagian mengatakan, bahwa Festival Danau Toba ini memang perlu sekali untuk dievaluasi dari mulai segi pelaksanaan acara hingga konsep. Bagaimanapun, beliau menolak bila evaluasi ini sama dengan meniadakan kegiatan Festival Danau Toba di tahun 2020 ini.
Dikutip dari situs resmi Kabupaten Toba Samosir, pemerintah Toba Samosir meminta pihak penyelenggara untuk lebih kreatif. Harus ada terobosan atau inovasi baru dalam pelaksaan ajang ini agar lebih mampu menyerap niat masyarakat dan wisatawan untuk datang dan menyaksikan Festival Danau Toba (FDT).
Segi waktu pelaksanaan juga perlu dievaluasi, pemilihan tanggal pelaksanaan sangat mempengaruhi keberlangsungan ajang Festival Danau Toba (FDT).
Darwin berpendapat bahwa Festival Danau Toba sangat bermanfaat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba dan juga memiliki potensi yang besar untuk mendatangkan turis ke tempat- tempat wisata yang ada di kawasan tersebut.
Sejarah Singkat Festival Danau Toba
Pada tahun 1980, masyarakat suku Batak memulai sebuah kemeriahan bernama Pesta Danau Toba sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah Danau Toba yang banyak memberikan peran untuk keutuhan masyarakat Batak. Bermula dari sebuah acara lokal untuk sedekah bumi, perlahan acara Pesta Danau Toba ini mendatangkan banyak pengunjung hingga akhirnya dilirik oleh pemerintah Provinsi.
Keberadaan Pesta Danau Toba ini lama kelamaan terdengar hingga Pemerintah Pusat, dan pada tahun 2013 acara ini resmi berganti nama menjadi Festival Danau Toba yang diprakarsai oleh Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu. Nirwandar berpendapat bahwa kata “pesta” kurang tepat untuk sebuah event. Hal tersebut juga seiring dengan skoping event lokal menjadi nasional.
Pro dan Kontra Pergantian Nama
Pro dan kontra pergantian nama Pesta Danau Toba menjadi Festival Danau Toba masih berlangsung hingga saat ini. Banyak masyarakat dan budayawan Batak tidak setuju terhadap pergantian nama tersebut karena pesta bukanlah sesuatu hal yang biasa bagi kebudayaan Batak. Pesta adalah identitas suku Batak dan juga wadah bagi masyarakat Batak untuk berinteraksi.
Pesta Danau Toba Simalungun
Semenjak diganti menjadi Festival Danau Toba, Dinas Pariwisata Kabupaten Simalungun berinisiatif untuk tetap membawa nama dan mengadakan event tersebut dengan tujuan melestarikan kebudayaan dan warisan leluhur. Pada tahun 2014, event Festival Danau Toba berlangsung di Balige dan Pesta Danau Toba diadakan di Parapat Simalungun. Hal ini membuat masyarakat bingung karena pergantian nama Pesta Danau Toba menjadi Festival Danau Toba telah ditetapkan dalam surat keputusan kemenparekraf.
Pekerjaan Rumah Kemenpar
Pergulatan masyarakat Batak soal penamaan acara juga banyak mempengaruhi ramai tidaknya pelaksanaan acara Festival Danau Toba ini. Maka menjadi wajar ketika Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan bahwa masyarakat Batak sendiri banyak yang tidak bersedia menghadiri acara Festival Danau Toba, lantas bagaimana bisa acara tersebut menarik wisatawan?
Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Sumatera Utara harus sesegera mungkin duduk bersama dengan masyarakat Sumut terutama dari masyarakat suku Batak yang masih belum bisa sepenuhnya sepakat dalam pelaksanaan acara Festival atau Pesta Danau Toba.
Selain itu tentu saja semua pihak terkait penyelenggaraan acara harus bisa memaksimalkan promosi dan publikasi. Dengan demikian, kelak akan ada sebuah acara ikonis untuk Sumatera Utara secara khusus dan untuk Indonesia secara umum.
Kementerian Pariwisata telah menetapkan event event yang telah masuk Calender of Event National tahun 2020 dari Provinsi Sumatera Utara adalah:
a. Pesta Ya’ahowu (Kabupaten Nias Utara)
b. Gelar Melayu Serumpun (Kota Medan)
c. Samosir Music International (Kabupaten Samosir)
d. Karnaval Pesona Danau Toba (Kabupaten Toba Samosir)
Namun sangat disayangkan tidak ada perhatian Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi terhadap program Pemerintahan Joko Widodo terkait Peningkatan sektor Pariwisata di Indonesia, termasuk Pariwisata Danau Toba yang sedang digalakkan Pemerintah pusat menjadi pariwisata Super-Class dunia.
Namun Gubernur Sumut melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara Ria Telambanua justru akan meniadakan pelaksanaan Festival Danau Toba (FDT) di tahun 2020 ini, dan kembali diselenggarakan di 2021. Hal ini ditolak keras oleh Viktor Silaen, Ketua Komisi B DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Fraksi Golkar ini. Viktor menegaskan anggaran FDT tahun 2020 sudah ditampung di APBD Provinsi Sumatera Utara jadi wajib dilaksanakan. (Kikan)