Home INdonesiana Djarot Saiful Hidayat: Sikap Inferior Hambat Daya Saing SDM
INdonesiana - January 11, 2020

Djarot Saiful Hidayat: Sikap Inferior Hambat Daya Saing SDM

Kritik ini disampaikan Djarot Saiful Hidayat dalam acara Diskusi 9-an yang diadakan oleh Komunitas Masterpiece NKRI Pancasila di Rumah Daksha (Cafe&Dermalounge) Jl. Daksha 3 No.14 Kebayoran Baru-Jakarta tanggal 9 Januari 2020.

Diskusi yang mengambil tema ”Penguatan SDM Indonesia Untuk Berdaya Saing” ini menghadirkan Djarot Saiful Hidayat sebagai Keynote Speaker, dan didukung oleh beberapa narasumber antara lain Anthony Putihrai (CEO Tamara Land & Neo+ Hotel Kebayoran Lama), Chrisma Aryani Albandjar (Komisaris PT. Kimia Farma, Tbk), Rudi S. Kamri (Pegiat Medsos) dan dimeriahkan oleh Ananda Sukarlan (Pianis & Komposer Indonesia peraih Penghargaan ”Heroes Amongst Us” sebagai salah satu dari 32 Tokoh Asia dan Amerika yang menginspirasi banyak orang diseluruh dunia).

Dalam acara yang disponsori oleh Massto Bistro, Dermalounge, Yamaha dan Neo+ Hotel itu, mengemuka beberapa point penting permasalahan sulitnya SDM di Indonesia untuk memiliki daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional. Didalam pandangan Djarot, SDM Indonesia sulit berdaya saing karena disebabkan masih adanya sikap inferior bahwa SDM kita lemah sementara orang bule lebih unggul. “Sikap inferior itu harus hilangkan. Kita orang Indonesia adalah negara kaya yang jauh lebih unggul dari negara-negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dari jumlah penduduk dan ini merupakan keunggulan karena kita merupakan pasar terbesar dari produk-produk dalam negeri yang seharusnya dihasilkan oleh manusia-manusia Indonesia!,” Tegas Djarot.

Isu daya saing dan keunggulan SDM menjadi inti pemaparan dari beberapa narasumber lain. Seperti yang dikatakan Chrisma bahwa daya saing itu telah ada berupa warisan kekayaan negara kita. “Daya saing kita berasal dari warisan seperti  seni, keindahan alam, kuliner dan lain-lain. Jika menjadi animator, jangan hanya sekedar tukang gambar tetapi jadilah pencipta karakter,” sambung Chrisma Aryani Albadjar.

Rudy S. Kamri melihat pada perspektif lain bahwa keunggulan SDM kita akan terbukti jika kita mampu me-manage usia produktif pada tahun 2045. “Sudah saatnya Indonesia masuk pada tataran pengembangan soft skill atau pengembangan karakter. Tahun 2045, Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaannya dimana pada masa itu, 70% penduduk Indonesia merupakan usia produktif dengan kisaran usia antara 15-64 tahun.  Jika hal ini tidak di manage dengan baik maka akan menjadi beban demografi dan masalah sosial,” Kata Rudy S. Kamri

Berbeda dengan narasumber lain, Anthony Putihrai mengemukakan beberapa hal praktis bagi SDM Indonesia untuk dapat dikatakan berdaya saing. Menurutnya, “Bukti bahwa kita manusia unggul adalah mengerti mengenai hak dan kewajiban. Bagaimana kita dikatakan unggul jika membayar pajak saja kita tidak taat. Sebagai pengusaha, ketaatan pada membayar pajak kepada negara adalah nilai integritas yang utama dari sebuah perusahaan karena sebagus dan se-unggul apapun SDM yang dimiliki oleh sebuah badan usaha, tidak akan berarti apa-apa jika kewajiban kepada negara masih nyolong,” kritik Anthony Putihrai.

Sementara pengertian daya saing dan keunggulan SDM menurut Ananda Sukarlan yang juga pengidap Asperger’s Syndrome adalah ”Harusnya disabilitas bukan bagian dari nilai artistik suatu karya. Pandangan ini merupakan kesalahan kaum disabel yang menggunakan “keistimewaannya” sebagai bagian dari karyanya saat ia mempersembahkan karyanya ke masyarakat. Sehingga mengakibatkan penghargaan terhadap karya dari disabel hanya sekedar penghargaan karena keistimewaan bukan dari mutu dan hasil karya yang dihasilkan,” gugat Ananda Sukarlan.(RWP)