
Bagaimana Cara Bumbu Minahasa Lestari di Meja Makan Indonesia?
Bumbu Minahasa atau pada umumnya lebih sering disebut bumbu manado terkenal akan rasa rempah-rempah yang kuat dan pedas. Dalam bincang-bincang yang digelar pada hari Minggu (20/06/2021) oleh Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) secara daring dan disiarkan langsung di kanal DPP-KKK dalam acara Bacirita Kawanua membicarakan bagaimana rasa masakan Minahasa bisa bertahan di lidah masyarakat Indonesia secara umum. Mengingat pandemi menghantam, membuat pengusaha kuliner bumbu minahasa harus lebih memutar otak agar mereka tetap bertahan.
Ketua Umum DPP KKK, Irjen Pol. (Purn.) Dr. Ronny Franky Sompie, S.H., M.H, mengapresiasi acara yang bertujuan untuk menggelorakan dan memperkuat semangat orang kawanua dalam mengejewantahkan wawasan kebangsaan terutama Pancasila dalam mereka kehidupan sehari-hari, khususnya di bidang ekonomi kreatif. Ketum DPP KKK berharap acara yang dimoderasi oleh Pdt. Treisje L. Mambo tersebut bisa menginspirasi masyarakat dalam membangun usaha secara mandiri dimulai dari anak muda sampai kepada pelaku UMKM, khususnya orang Kawanua.
Bacirita Kawanua menghadirkan 3 narasumber. Yaitu, Prof. Dr. Roy Sembel, MBA, seorang praktisi bisnis, edukator, trainer, komisaris, direktur di berbagai perusahaan juga penggemar kuliner. Kemudian, Renny Octavianus Rorong, MBA, Ketua Umum Persekutuan Karyawan Kristen Oikoumene juga Wakil Ketua Umum Kawanua Sedunia. Selanjutnya, Moudy Lintuuran, Ketua Departemen Ekonomi Kreatif KKK dan pemilik usaha Dapur Mami Ros.
Usai narasumber memberikan paparan yang bergizi serta menginpirasi, anak muda menganggapi dengan sudut pandang pribadi mereka secara langsung. Muda-mudi ini tergabung dalam Utu Keke Kawanua, antara lain Gavin Tumbel, Jesse, Julio Evander, dan Stella Doringin.
Pelaku dari hadirnya bumbu minahasa di masyarakat Indonesia turut andil membagikan tips serta pengalaman. Mereka adalah Sandra Wullur, dari Resto Rempah Manado juga Leifia Mamahit, pemilik Rasarica Woku Woka dan Dapoer Manado Pidis.
Wasekjen DPP KKK. Pdt. Donald Sendouw menutup kegiatan ini dengan mengulang kesimpulan yang telah diambil. Antara lain, tetap kreatif dalam menghadirkan bumbu minahasa dengan segala modifikasi menu yang bisa diterima oleh selera umum dan jangan menyerah dengan berbagai rintangan terutama untuk anak muda. Serta jadikan hambatan sebagai tumpuan menuju kesuksesan.