
Anuhyang, Grup Baru Trie Utami, Mengajak Berdansa dalam Armosfer Etnik
Kebijakan Jaga Jarak Sosial, membuat energi kreatif Trie Utami, penyanyi Krakatau ini, membuncah. Bersama Irianti Erningraja, keduanya merancang sebuan konsep musikal dan membentuk grup musik baru bernama, ‘Anuhyang’
“Ini suatu konsep tentang berbagi melalui musik, seni budaya, buku, bincang-bincang, meditasi dan konsumsi produk alami berbasis tradisi. Bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan pikiran, mental dan spiritual publik,” ungkap Trie Utami, seniman multi talenta, yang belasan tahuh terakhir, banyak menghabiskan waktu dan enerjinya, tinggal dan beradaotaai dengan penduduk diberbagai pelosok kampung, dengan basis kultur yang kental, diseluruh Indonesia.
Baik Trie Utami, maupun Irianti Erningpraja, keduanya sepakat untuk tetap melakukan banyak hal yang positif dan produktif. Tetap aktif menulis, membuat lagu dan karya-karya seni lainnya, serta mengajar meditasi, sejak saat Pandemi Covid-19 mewabah hingga era new normal.
Untuk melengkapi energi musikalitas ‘Anuhyang’, mereka menggamit Pra Budidharma, komposer dnman bassist Krakatau serta Uki Baz, programmer musik elektronik sekaligus komposer.
Mereka berempat melahirkan komposi lagu-lagu ‘Anuhyang’, . yang sarat dan kaya dengan bunyi serta idiom etnik Toraja, Batak, Minang, Sunda, Bali, Flores dan suku lainnya di Indonesia.
Single pertama Anuhyang yang dirilis akhir Juni 2020 ini, bertajuk ‘Hade Hate’, yang berarri “hati yang baik” dalam Bahasa Sunda.
Dalam single ini, akan dijumpai sebuah kecermatan musikal dan kecerdasan emosional, dalam meramu komposisi berbasis tradisi musik Batak yang rancak, dengan pukulan ‘Taganing’ dan tiupan maut ‘Sarunai’.
Mengejutkan, karena dalam lagu ‘Hade Hate’, yang dibangun dengan pola melodi khas Sumatera Utara itu, Trie Utami menorehkan lirik, berbahasa Sunda.
Kompleksitas musikal nan unik tersebut menjadi universal dalam balutan musik elektronik yang kekentalannya terjaga harmonis.
Dengan demikian, membayangkan idiom musik etnik dipadu-padankan dengan pola musik EDM (Electronic Dance Music), adalah sebuah keistimewaan karya dari ‘Anuhyang’, yangsecara format, mereka menyebutnya EEDM (Ethnic Electeinic Dance Music)
“Setiap lagu dilapisi oleh frekuensi nada solfegio (solfeggio-tones frequency) yang membuat lagu-lagu ini dapat difungsikan sebagai penyelaras emosi melalui gerakan meditasi yang dinamis,” terang Iie, sapaan Trie Utami.
Proses kreatif diantara kwartet yang memiliki segudang pengalamam ini teebilang cukup simple. Pra Budidharma dan Uki Baz sebagai komposer dan programer musik elektronik, memberi ruang yang sangat luas kepada Irianti dan Trie untuk mengeksplorasi potensi vokal keduanya diberbagai level dan ambitus nada
Ada lagu yang lirik dan melodinya diciptakan oleh Irianti.
Ada pula lagu dari hasil kombinasi energi keduanya. Semisal, melodi lagu lahir dari Trie dan Irianti menulis liriknya dalam bahasa Inggris.
Lagu-lagu Anuhyang lainnya sudah dalam tahap finalisasi, dan album lengkapnya akan dirilis dalam beberapa bulan ke depan.
Semoga kelak karya kreatif ini akan memicu, membangkitkan semangat para musisi Indonesia lain, untuk tetap bersemangat, tetap beraktivitas,” imbuh Tri Utami, yang menjadi motor penggerak dari kwarter handal ini.
Trie juga menambahkan bahwa kelompok musik berbasis kultural ini, menawarkan kesegaran dan enerji positif bagi bangsa Indonesia dna dujia, yang kini tengah menghadapi era New Normal akibat Pandemi Covid-19.
Sebuah lagu dalam format yang baru seperti ‘Hate Dade’, jelas akan disambut dengan respon dan apresiasi yang berbeda pula di masyarakat.
Kecuali satu yang menyatukannya, yakni rasa cinta dan bangga pada kultur nusantar yang begitu beragam dengan keunikannya masing-masing yang eksotis.
Selamat berburu karya world music dari Indonesia ini, pada sejumlah digital store dan online shop.