
Ananda Sukarlan Kecanduan
Sejak usia awal 20an, Ananda Sukarlan sudah berkiprah dalam banyak hal di bidang musik klasik. Bukan hanya sebagai pianis dan komponis berskala internasional yang sangat produktif, ia juga sering diundang menjadi pembicara, penulis dan narasumber untuk isu seni dan diplomasi kebudayaan. Kini, dengan adanya Virus Corona Covid-19, ia terpaksa melakukan satu hal baru, dan ternyata kini ia “kecanduan”. Apakah itu?
“Saya mengajar piano lewat online, tadinya agak bingung sih tapi sekarang mulai lancar kok, walaupun tentu ada hal-hal yang tetap nggak efektif ya lewat online, misalnya detail teknik penjarian, atau menunjukkan suara-suara yang sangat sensitif seperti pembuatan frase, cara menuju klimaks dll. Ini mungkin bisa dilakukan sementara, tapi sekali-sekali murid dan guru tetap harus bertemu untuk penjelasan detail yang sulit lewat daring. Di masa depan, mungkin dengan hologram baru kita bisa 100% sepenuhnya lewat daring”, kata sang pianis yang baru bulan Februari lalu menjadi Ketua Dewan Juri pada perhelatan musik klasik terbesar di Eropa, Queen Sofia Prize, saat dihubungi insee.id melalui WhatsApp . Ia mengaku baru saja mengunduh aplikasi Zoom untuk keperluan ini. “Kantor saya, Ananda Sukarlan Center, memang meliburkan staff, tapi saya tetap ke sana sekali-sekali, karena piano saya di sana untuk mengajar dan saya tidak ada piano di apartemen saya. Enaknya sih saya bisa ngajar pakai celana pendek aja! Manajer saya juga masih sering ke sana untuk melayani kebutuhan banyak pianis dan musikus yang misalnya membutuhkan partitur atau Compact Disc untuk dikirim ke rumah mereka”, lanjutnya.
Apa saja kegiatan lainnya saat ini?
“Di apartemen sih saya jadi hidup sehat, berjemur dan olahraga tiap pagi di kompleks kolam renangnya. Saya juga jadi sangat produktif dalam menulis musik. Karya-karya yang direncanakan untuk pagelaran akhir tahun bahkan tahun depan malah sudah selesai, seperti Double Concerto untuk solois Biola, Cello dan orkes, dan sebuah karya sepanjang 50 menit tentang laut dan ikan paus, untuk narator, 2 solois dan orkes, berdasarkan karya puitis Reda Gaudiamo. Rencananya narasi akan dibacakan oleh Handry Satriago, dan solois vokal adalah Mariska Setiawan dan Nikodemus Lukas. Dua karya ini cukup panjang dan berskala besar. Terus terang masa-masa dikurung di rumah ini sangat membantu saya untuk fokus menyelesaikannya sih. Selain itu, saya juga sudah menyelesaikan 4 nomor Rapsodia Nusantara sejak awal Maret, berdasarkan lagu-lagu tradisi dari Mentawai, Madura, Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur. Produktif banget deh!” katanya sambil menunjukkan emoji tertawa.
Apa saja pesannya untuk para pembaca yang bosan di rumah? “Kita justru bisa mengembangkan bakat-bakat terpendam. Dengan adanya platform seperti youtube, kita bisa upload kita nyanyi, main musik, bahkan bikin puisi dan membacanya. Bagi yang suka menggambar, kan ada Instagram? Coba upload gambaran anda. Nanti siapa tau bisa menginspirasi orang lain untuk membuat puisi atau musik dari gambar anda. Saya ngajak bermain kreatif di twitter sih, lumayan kan melatih bagian otak kreatif yang biasanya gak dipakai. Saya nulis tulisan pendek tentang ini nih, coba baca
https://seword.com/umum/corona-virus-yang-harusnya-memicu-kreativitas-UeiNrFiOKy .
Untuk para pianis yang serius mendalami, Ananda Sukarlan Award tetap berjalan bulan Juli ini loh! Latian, mumpung banyak waktu di rumah!”